Bokubitch chap 3 B. Indonesia

Chapter 3 Bukannya membual, tapi tidak mungkin aku hanya akan berkencan di gal-game.
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel




☆☆☆☆


"Nah, kalian berdua, bagaimana kalau memulainya sekarang?"

Setelah meninggalkan sekolah, kami datang ke taman, tepatnya di air mancur pada pusat kota.

Sekarang telah lewat 18:00, matahari terbenam sedang tersorot penuh. Stasiun di seberang jalan raya dipenuhi oleh orang-orang yang lalu-lalang tanpa istirahat. Tempat ini dapat dianggap sebagai kota komuter meskipun sebuah prefektur. Jadi walaupun pada jam-jam sibuk, akan terlihat pemandangan penduduk yang melimpah.

"Anu, Shinonome....Apa yang kau maksud dengan 'Bagaimana kalau memulainya sekarang?', bisa kau jelaskan lebih spesifik?"

"Ikuno-kun, bukankah kau yang menerima permintaan Aizawa-san 'Aku ingin tahu suasana ketika berkencan dengan seorang laki-laki'. Jadi kau, sebagai pacar palsu nya, secara alami akan memimpin dia. Fufu"

Dia tersenyum, tapi matanya tidak....

....Akupun ingat apa yang terjadi beberapa waktu lalu di ruangan klub.



"Kalau begitu, Ikuno-kun. Karena aku sudah menjadi anggota klub ini, ayo kita berkencan"

"B-Baiklah. Ini adalah janji, aku mengerti"

Setelah menuliskan namanya dalam formulir pendaftaran anggota, Aizawa mengatakan itu. Aku lalu bersiap-siap, dan....

"Ikuno-kun, boleh aku membicarakan sesuatu?"

"Eh....yah, apa itu?"

Aku punya perasaan buruk tentang ini....

"Aku pikir belum mengajarkanmu hal-hal tentang tugas ini. Aizawa-san, karena hanya akan berhubungan dengan kami berdua, dapatkah kau menunggu di luar?"

Shinonome dengan elegan berkata demikian. Aizawa yang mendengar ini menjawab tanpa ragu.

"Ah. Kemudian, selama waktu itu, aku akan mampir toilet. Aku ingin memperbaiki penampilanku sedikit....hehehe"

"Kalau begitu, tunggulah di pintu masuk saat kau selesai"

"Un! Jadi, kalian berdua, sampai nanti!"

Disaat terakhir ketika pandangan Aizawa bertemu denganku, dia tertawa malu dan pergi.

Tampaknya Aizawa cukup senang. Mungkin saja, dia sangat menantikan kencan dengan otaku seperti diriku?

Dikatakan bahwa dirinya tidak punya pengalaman dengan lelaki manapun. Dia harusnya bersemangat pada kencan pertama ini.

Dengan benar-benar melupakan tentang bagaimana kekejian dari gadis-gadis cantik, jujur ​​saja aku sempat berpikir Aizawa sungguh manis.

"Ara-ara, aku bertanya-tanya kenapa kau tersenyum-senyum seperti itu?"

"Eh?---Uguuuuuu?!"

Ketika dasiku ditarik, aku mengangkat suara penderitaan karena leherku tercekik.

"H-Hei, Shinonome....Berhenti menariknya, aku....sungguh....tidak bisa, bernapas...."

"Ara-ara, sepertinya aku bertindak terlalu jauh. Maaf"

Giyu*!!
[Suara dasinya dilepas]

Gadis ini, dia benar-benar ingin menghabisiku!

"Uhuk, uhuk!! K-Kau....apa kau mencoba membunuhku?!"

"Fufu. Tidak juga, aku takkan pernah melakukan hal semacam itu. Aku hanya ingin membuatmu tercekik"

"Itu sama saja!!"

"Ternak yang berisik. Lagipula, kau adalah milikku. Meski begitu, kau bersedia untuk menjadi pacar palsu gadis itu. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

Mungkin hanya imajinasiku, Shinonome tampak seolah dia mulai tidak sabaran. Selain itu, pipinya memerah.

"Ini, karena pekerjaanku adalah untuk menanggapi konsultasi siswa. Apa boleh buat, ya kan?"

Lagipula, ada hal tentang Aizawa yang juga menjadi anggota. Tidak mungkin aku akan menolak.

"Tentu, tugasmu adalah untuk menanggapi konsultasi dari siapa pun. Seperti yang disebutkan dalam pasal 14 konstitusi 'Kesetaraan dibawah hukum' tidak boleh ada diskriminasi terhadap ras, keyakinan atau jenis kelamin....Namun, menjadi milik seseorang adalah cerita yang berbeda"

"Eh....Menjadi pacar palsunya hanya sementara, kan?"

"Fufu, itu benar. Tapi, fakta bahwa dirimu menjadi milik orang lain tidak berubah"

Tanpa diduga, Shinonome tersenyum lembut dan membelai pipiku.

"Akan lebih baik jika kau tidak menjadi milik orang lain. Oleh karena itu, aku akan melatihmu untuk mematahkan hati pemberontakmu itu. Aku tidak akan menyerahkan dirimu kepada siapa pun"

Dia terus membelaiku berkali-kali seolah-olah diriku merupakan sesuatu yang berharga.

Hanya saja, disaat berikutnya, tiba-tiba pipiku dicubit. Ditarik sampai mendekati wajahnya.

"Adadadadadadaw?! A-Apa yang kau lakukan?!"

"Fufufu. Seperti yang diharapkan, kau tidak gembira sama sekali walaupun disentuh olehku. Kalau laki-laki lain, hanya menyenggol tanganku akan membuat mereka bersuka cita....Kau benar-benar pria yang menarik"

Shinonome menatapku riang, mencubit lembut berkali-kali seperti sedang bermain dengan mainannya.

"Be-Berhenti! Aku bukan mainan!"

Kemudian, secara mengejutkan ia segera berhenti. Namun, wajahnya masih dekat.

"Tapi, ini menjadi cukup merepotkan. Gadis itu bergabung dengan klub merupakan perkembangan situasi yang tak terduga. Meskipun tak mengubah fakta bahwa klub sastra akan dibubarkan, aku tidak dapat melatihmu hanya menggunakan durasi satu bulan....Sulit untuk menemukan lokasi terpencil tanpa orang lain, ini tidak berguna"

"Aku mengerti. Shinonome tak dapat menunjukkan sifat sebenarnya kalau Aizawa di sini ya. Juga, jika seseorang lagi bergabung dengan klub, surgaku ini akan terselamatkan!!"

Sambil melihat wajah cantik Shinonome dari samping, dadaku dipenuh oleh harapan.

Namun, dia mulai tersenyum lagi.

"Nah, mengurus hal seperti ini mudah. Untuk sekarang, aku akan mengubah tujuanku dari 'melatihmu' menjadi 'menciptakan halangan' agar gadis itu meninggalkan klub. Dan aku berpikir untuk melakukannya segera"

"....Kau, jangan katakan. Kau akan melecehkan Aizawa?"

"Aku tidak punya waktu untuk itu. Hari ini, hanya satu hari saja sudah cukup. Dan aku bahkan tidak perlu melakukan apapun"

Menyingkirkan Aizawa dalam satu hari? Juga, tidak perlu melakukan apapun, bagaimana dia bisa berhasil dengan itu?

"Fufu, aku sudah melihatmu sepanjang waktu selama satu setengah bulan ini. Meskipun aku memintamu untuk membawakan barang-barang berat, kau selalu bertindak seakan dirimu sedang sibuk dan tak ingin mengulurkan tangan. Kau adalah yang terburuk. Aku ingin tahu apakah seseorang yang tidak bisa bersikap baik kepada gadis-gadis seperti dirimu, berhasil mencapai kencan tanpa dibenci oleh gadis itu?"

"H-Hal semacam itu, tentu saja aku bisa melakukannya!"

Yang dikatakan, aku tidak punya pengalaman kencan kecuali di gal-game. Tapi tentunya, pengetahuan darisana harusnya berguna entah bagaimana. Jadi, aku pikir takkan ada hal mengerikan yang terjadi.

"Terserahlah. Tapi aku akan memberitahumu perkiraanku. Kau benar-benar akan dibenci oleh gadis itu pada saat kencan. Dan, ketika mencapai perpisahan hari ini, dia akan mengatakan sesuatu seperti 'Aku tidak jadi bergabung dengan klubmu'"

"Haha, itu hanya imajinasimu. Tentu saja, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sampai membuat diriku dibenci"

"Kalau begitu, aku akan menantikannya. Juga, aku melarangmu untuk menjadi terlalu akrab dengan gadis itu lebih dari yang diperlukan di depan tuanmu. Jika kau tidak dapat menjaga janji ini, kau akan dihukum. Fufufufu"





....Begitulah yang terjadi. Itu sebabnya sikap Shinonome sedingin ini.

"Ikuno-kun, silakan mulai kencannya. Aku hanya di sini untuk mengawasi sehingga kalian dapat melupakan keberadaanku. Juga, sepertinya Aizawa-san sedang bermasalah"

Aku menoleh ke belakang saat ia berkata demikian. Memang, Aizawa tampak gelisah.

"I-Ikuno-kun, aku minta maaf. Ini merupakan pertama kalinya aku melakukan sesuatu seperti ini, jadi aku cukup gugup...."

Dengan penampilan yang sempurna, Aizawa yang memerah mengalihkan pandangan sambil menyikat rambutnya ke belakang telinga.

Ngomong-ngomong, pada awalnya dia tampak benar-benar bahagia, tapi dia kurang bicara disaat perjalanan kesini....

Aku ingin melakukan sesuatu tentang Aizawa yang merona bercampur sinar mentari sore.

"Ti-Tidak apa-apa! Ini juga pertama kalinya untukku, sehingga kau tidak harus segugup itu"

"Seperti yang diduga, Ikuno-kun juga ya. Aku tahu itu"

Malah lebih buruk, dia menjadi lebih cemas.

Aizawa adalah penyelamat yang bekerja sama untuk melindungi klub sastra.

Meskipun keraguanku tentangnya yang merupakan Pelacur penuh nafsu masih belum dibersihkan---alasannya karena 'Gadis-gadis cantik di kenyataan sebagian besar pelacur' adalah sesuatu yang tak terbantahkan---. Untuk saat ini, aku harus menjadi pacar palsu dan menciptakan suasana kencan sebagai rasa terima kasih.

Dalam perjalanan pulang setelah sekolah. Jika ini merupakan gal-game, maka....

"Aizawa, harusnya sekarang kau lapar, kan? Jika mau, bagaimana kalau kita mencari tempat untuk makan dulu?"

Tiba-tiba wajahnya menjadi cerah.

"Oh, ide yang bagus! Kita sudah berjalan dari tadi, itu membuat tenggorokanku agak kering"

"Lalu, ayo kita pergi ke restoran di jalan berikutnya"

"Un! Aku setuju!"

Karena diriku mampu membaca suasana hati, Aizawa tersenyum gembira.

Rintangan pertama telah terlewati.

Kemudian, kalau berbicara tentang kencan, kami harus berpegangan tangan kan?

"Anu, Aizawa. Jika kau ingin lebih memahami suasana kencan, haruskah kita bergandengan tangan?"

"....K-Kau benar....tapi, hal semacam itu....Aku ingin melakukannya ketika berpacaran dengan seseorang yang aku benar-benar cintai. Karena itulah, maaf"

"Aku mengerti. Tidak apa-apa jika kau tidak menginginkannya. Jangan khawatir"

Hanya meminta berpegangan tangan membuat dia bingung seperti ini.

Benar-benar seorang gadis yang polos. Masih terkesan, aku melanjutkan berjalan dengannya.

Sedangkan Shinonome mengikuti kami dan menatap dengan dingin.

"Ikuno-kun. Ini pertama kalinya aku berkencan dengan seseorang, jadi aku sepertinya gugup. Dan, berpikir tentang hal itu, kau juga harusnya merasakan hal yang sama, kan? Jadi ayo kita nikmati hari ini!"

Aizawa menatapku dari samping dan menunjukkan senyuman alami.

"Entah kenapa, sepertinya reaksimu normal, ya?"

"Ya! Itu pasti karena kau adalah seorang otaku. Tapi, aku memiliki perasaan ada sesuatu yang berbeda...."

Dia menyesuaikan langkahnya dengan kecepatanku.

Gadis ini lalu berkata.

"Oh! Aku tahu! Mungkin, itu karena kau 'nayo-nayo'* seperti seorang gadis?"
[ナヨナヨ. Lebih ke lembek mungkin. Kayak gak punya otot atau langsing]

"Memang benar kalau diriku tidak memiliki otot....tapi mengatakan sesuatu seperti itu untuk laki-laki tidak baik, kau tahu?"

"Eh....Maafkan aku!"

Menyadari itu, Aizawa langsung menutupi mulutnya. Dia kemudian berjalan menyusul langkahku lagi.

"Hahahaha! Tapi, tinggalkan saja segalanya untukku. Bahkan jika ada peristiwa dimana Ikuno-kun bertengkar dengan para preman, aku akan mengalahkan mereka semua untukmu!"

Apa kau ingin menghabiskan HP*-mu?
[Health point, kalo gak salah. Yg gamer sejenis Fighting atau RPG pasti tau]

"Aizawa kelihatannya benar-benar menikmati ini....Hmm?"

Aku melihat kebelakang karena tidak merasakan keberadaan satu orang lagi. Tak lama kemudian, aku melihat dia berjalan mendekat.

"....Haah. Maaf, aku sempat terhenti oleh sebuah mobil yang datang dari sisi"

Akhirnya, Shinonome juga menyusul.

Senyumannya agak terkesan misterius.

"Ikuno-kun, umm....kau berjalan cukup cepat, ya?"

"Eh, benarkah? Kesampingkan itu, Aizawa, apakah restoran keluarga di sana boleh?"

"....Sepertinya bagus. Ini yang terdekat dari taman, aku tidak keberatan"

Dengan persetujuannya, semua dari kami memasuki restoran.

Menuju area dilarang merokok, aku duduk di sisi jendela. Shinonome mengambil tempat sebelahku dan Aizawa duduk di hadapanku.

"Lihat, lihat! Kue ini terlihat lezat, ya kan?!"

Aizawa melihat menu dengan matanya berkilauan 'kirakira'*, berkata begitu sambil menunjuk ke potret suatu kue.
[Efek suara kerlipan]

Haha, itu benar-benar cara berbicara seorang riajuu yang imut (lol).

"Tentunya terlihat lezat, tapi tidakkah ini mungkin terlalu manis?"

"M-Mou*! Kenapa kau berkata sesuatu seperti itu!"
[Menggembungkan pipi]

Eh? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

"Maaf. Umm...."

Aku meminta maaf sementara masih dalam kebingungan. Aizawa lalu berucap ketika mengetahui suasana mulai memburuk.

"Ah....Maafkan aku. Ha-Hahaha. Kita takkan bisa mendapatkan kencan yang bagus tanpa berusaha, benar kan?"

Ini mengingatkanku. Bahkan dalam obrolan normal dengan teman sekelas, melontarkan kata seperti itu tidaklah baik.

Selain itu, hari ini aku berperan sebagai pacarnya....

"Aizawa, apa kau sudah memutuskan pesananmu?"

"Hmm, anu! Aku memesan kue ini....Tidak, aku ingin mencoba pancake* dan teh lemon ini. Bagaimana denganmu?"
[Disebut juga Panekuk. Sejenis kue dadar yang biasanya ditumpuk dan di kasih topping madu. Kayak ini . Buatnya juga cukup gampang]

"Aku memesan kentang goreng dan kopi. Kalau begitu, aku akan memanggil pelayannya"

"Un, silahkan....Hehehe"

Saat aku mengambil inisiatif, Aizawa tertawa senang sambil memegang pipinya dengan kedua tangan.

Hanya ketika aku berpikir suasana sekarang sungguhlah bagus, Shinonome yang duduk di sampingku berkata.

"Ikuno-kun, pesankan sekaligus parfait strawberry*. Juga, mintalah 2 sendok"
[Di bahasa prancis, ini berarti 'Sempurna' (inggrisnya perfect=sempurna). Maksudnya, Parfait itu merupakan dessert untuk melengkapi makanan. Kayak ini ]

Meski sempat di landa firasat buruk, aku menuruti apa yang dia mau.

Ketika aku dan Aizawa selesai makan setelah bertukar cerita sebentar tentang kelas kami, Shinonome berbicara lagi.

"Ikuno-kun, Aizawa-san. Untuk sekarang, makanlah strawberry parfait itu bersama-sama"

""Sudah kuduga!""

Setelah meramalkan situasi ini, Aizawa dan aku saling men-tsukkomi.

"Hahahaha. Jangan bercanda, Shinonome-san. Lagipula, kencan Ikuno-kun dan aku bukanlah hal yang sungguhan, itu mustahil"

"Benar, Shinonome! Apa kau tidak berpikir akan buruk untuk bertindak sejauh itu?"

Atas perkataan kami, Shinonome membalasnya dengan tersenyum.

"Yah, kalian berdua sedang berkencan, kan? Melakukan sesuatu seperti ini sudah diperkirakan. Selain itu, Aizawa-san, kau ingin meyakinkan temanmu bahwa kau benar-benar memiliki pengalaman, ya kan?"

"Uu....Memang benar, aku mengatakan begitu"

"Fufu, kalau begitu kalian berdua, silakan makan. Tapi, jangan lupa menyuapi pasangan kalian ya. Setelah semua, ini merupakan hal umum ketika berkencan. Akan lebih mudah bagi mereka untuk mempercayai ceritamu hanya dengan berfokus pada hal ini saja. Ara? Kalian berdua, ada apa?"

Shinonome, bukankah dia orang yang mengatakan kepadaku untuk tidak terlalu akrab dengan Aizawa lebih dari yang diperlukan?

Namun, dia merupakan gadis dengan keinginan monopoli yang kuat.

Biasanya dia takkan mengizinkannya. Tapi, aku menangani pekerjaan OSIS sekarang.

Aizawa adalah seseorang yang dia benar-benar tidak sukai tapi, sepertinya dia berusaha untuk membantu dengan konsultasi.

Kemampuannya untuk tidak mencampurkan tugas dengan urusan pribadi benar-benar patut dipuji.

"Aku ingin membalas budi kepada Aizawa, itu sebabnya aku akan mencoba yang terbaik. Tentu saja, jika Aizawa memperbolehkannya"

Aku bukan pacar sungguhan Aizawa, jadi berpegangan tangan memang tidaklah pantas. Oleh karena itu, melakukan sesuatu yang sejenis dengan itu juga adalah NG*.
[Not Good]

Hanya saja, setelah aku berpikir begitu, Aizawa malah mengangguk.

"A-Aku mengerti. Jika tidak dilakukan, kencan ini akan sia-sia...."

Dia menggigit bibirnya erat lalu mengambil sesendok parfait.

"Kemudian, Ikuno-kun. A-Aann~"

Wajahnya memerah dengan ekspresi rumit namun menggoda. Sambil tampak malu-malu, dia mengangkat sendoknya.

Uwaa! Aku sudah menyaksikan adegan ini berkali-kali dalam gal-game. Tapi, melihatnya dalam kehidupan nyata sungguh membuatku gugup.

Selain itu, dia juga salah satu dari dua idola utama di sekolah kami.

Meski telah menatapnya sejak awal, ekspresi gadis ini terlalu manis.

Sementara tersipu, aku mengumpulkan tekadku dan memakan parfait pada sendoknya.

"....I-Ini sangat lezat! Terima kasih, Aizawa"

"Benarkan? Aku senang...."

Dia menunduk seolah merasa kewalahan.

Setelah semua, hal seperti ini hanya dilakukan bersama seseorang yang benar-benar penting.

Aku memang tidak membenci tindakan ini. Hanya saja, seperti yang diharapkan, ekspresinya benar-benar mengejutkanku.

"Umm, kemudian, Aizawa....Sekarang giliranku"

"Eh? Oh, ya, itu benar....a-aku siap"

Dia memejamkan mata untuk bertahan dari rasa malu, lalu perlahan-lahan membuka mulutnya.

Menelan air liur, aku mendekatkan sendok dengan tangan gemetar.

Ini bahaya, bulu mata Aizawa sangat panjang dan indah. Bibirnya yang berkilauan, juga sedikit bergetar.

Terpesona dengan penampilan gadis itu, jantungku mulai berdenyut kencang.

Akibatnya, tanganku tergelincir tepat sebelum sendok memasuki mulutnya.

"Dingin?!"

"Ah!!"

Parfait pada sendok jatuh dan tersedot ke lembah besar Aizawa dan mulai mencair karena suhu.

Selain itu, krimnya tersebar ke seragam gadis ini, membuatnya menjadi kotor.

"H-Hei, Ikuno-kun! Apa yang kau lakukan?!"

"Uwaa?! M-M-M-Maaf!!!"

Dia mengeluarkan suara panik. Tak mampu berbuat apapun kecuali menatap dadanya dengan ekspresi yang sangat bermasalah.

"A-Aku akan membersihkannya segera! Tunggulah sebentar!!"

Menjadi bersikeras dalam situasi ini, aku mengambil saputangan dari saku dan mencoba memberikannya kepada gadis itu.

Pashaaaaa!!!*
[Suara sesuatu yang tumpah]

"Kyaaaa!!"

Pikiranku menjadi kosong sejenak.

Tanpa sengaja, aku menyenggol gelas berisi air ke arah Aizawa.

"Eh? Ini...."

Rok pendeknya langsung basah, dia hanya menatap dengan tercengang.

Aku yang terburuk. Tanganku gemetar, seluruh tubuhku memucat, bahkan tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

"Bisakah kau minggir, Ikuno-kun"

Shinonome yang duduk di sebelahku, berucap dengan nada dingin dan mendekati gadis itu.

"Aizawa-san, datanglah ke toilet untuk mengeringkan diri. Aku akan membantumu"

"U....Un"

Memegang tangan gadis itu yang bingung, Shinonome berjalan menuju toilet dari restoran ini.

A-Apa yang harus dilakukan sekarang?

Baru saja aku bertingkah seperti anak yang kikuk.

Apa yang baru saja kuperbuat....aku kemudian mengingat apa yang sempat dikatakan Shinonome.

"(Kau benar-benar akan dibenci oleh gadis itu pada saat kencan. Dan, ketika mencapai perpisahan hari ini, dia akan mengatakan sesuatu seperti 'Aku tidak jadi bergabung dengan klubmu')"

....B-Bagaimanapun, aku harus meminta maaf kepada Aizawa ketika dia kembali.

Tapi, aku telah mengotori seragamnya. Sebagai gadis yang selalu memperhatikan penampilan, dia pasti akan marah.

Juga, dalam situasi ini, pakaian dalamnya pasti....

Pertama-tama, aku membantu karyawan restoran untuk membersihkan meja dan sofa.

Kemudian, setelah menunggu sekitar 20 menit, mereka akhirnya kembali.

Aizawa terus menunduk. Meski aku tidak bisa melihat ekspresinya, sudah jelas bahwa dia marah.

Menunggu keduanya untuk duduk, aku lalu meminta maaf.

"Aizawa, aku sangat menyesal!! Seragammu kotor karena diriku!!"

Dalam situasi seperti ini, siapa pun akan marah.

Jadi aku mempersiapkan diri dan menunggu ucapan kasarnya, namun....

"Hahahaha. Ini sudah terlanjur terjadi, dan juga aku tidak terlalu keberatan"

"....Eh? Tapi....aku telah melakukan sesuatu yang mengerikan!!"

Ketika aku mengangkat wajah, Aizawa tersenyum dan menyisir rambutnya dengan jari.

"Tentu itu mengejutkanku. Namun berkat Shinonome-san, rokku sudah kering sekarang. Noda pada seragamku juga telah dibersihkan, jadi aku tidak keberatan"

"T-Tapi...."

"Mou, aku bilang, aku tidak terlalu keberatan! Selain itu, kau juga berkata bahwa ini adalah kencan pertamamu, aku bisa mengerti kegugupanmu karena aku juga sama. Itu sebabnya, ayo kita lanjutkan kencan ini!"

"Aizawa...."

Melihat senyum cerah bagai malaikat itu, aku dengan erat mengepalkan tinjuku.

Dia mengampuniku walaupun aku seceroboh ini.

Jika pasangannya menyebalkan, dia pasti telah menunjukkan sifat aslinya pada saat ini.

Aku semakin mempercayai Aizawa lebih dari beberapa waktu yang lalu dan ingin melakukan yang terbaik untuknya entah bagaimana.

"Baiklah! Aku akan mencoba yang terbaik!"

"Tentu saja, kan? Jadi, kemana kita harus pergi berikutnya?"

Aizawa, yang meletakkan kedua tangan di pipinya sambil tersenyum, bertanya. Aku merasa wajahku agak menjadi panas.

"Yah...."

Sementara aku berpikir, Shinonome yang telah mengawasi dari tadi tersenyum dan menyarankan.

"Ikuno-kun, walaupun aku bermaksud untuk tidak mengganggu percakapan kalian, tapi tampaknya kau belum sadar jadi aku harus mengatakan ini. Baru saja, bahkan celana dalam Aizawa-san basah, dia bisa terserang flu jika kau hanya membiarkannya. Itu sebabnya, kalian berdua harus pergi ke toko pakaian dalam"

"T-Toko pakaian dalam?!"

Aku berteriak, Aizawa yang juga mendengar itu mengepakkan tangannya 'watawata'*.
[Suara tangannya mengepak, alias panik]

"H-Hal seperti itu tidak boleh! Aku bisa bertahan sampai pulang! Hanya segini bukan apa-apa, aku tidak akan masuk angin---Kushun*"
[Bunyi bersin....aneh ya]

"Ufufu. Kelihatannya kalian berdua harus pergi secepat mungkin"

....Penyebabnya adalah diriku, karena itu aku harus pergi dengan dia....

"Aku mengerti. Tapi pertama-tama, kita harus membayar ini....Bagaimana kalau patungan?"

Untuk sesaat setelah mendengar kata itu, wajah Aizawa tampak seolah-olah dia akan menangis. Namun, dia langsung tersenyum.

"Un! Tentu saja!"

Setelah menyelesaikan pembayaran, dengan gaya berjalan yang berat aku pergi ke pusat perbelanjaan.

Sementara itu, Aizawa mencocokan kecepatan berjalannya denganku.

☆☆☆☆

"Hei Aizawa, kau belum selesai? Seperti yang diharapkan, hanya berdiri di sini itu sulit...."

Di dalam toko pakaian dalam yang seluruhnya dihiasi dengan ornamen merah muda, aku mengatakan begitu ke Aizawa.

Berpikir pacarnya ikut campur ketika membeli pakaian dalam, pelanggan yang lebih tua dan asisten toko menatapku dengan mata ramah.

"M-Maaf, karena aku malu! Juga, maksudku, jika kau malu seperti itu, aku tidak apa-apa kalau kau menunggu di luar toko, kau tahu? Bahkan jika dikatakan kencan, seperti yang diharapkan, melakukan sebanyak ini...."

"Aku mengerti dengan jelas. Tapi, tadi aku telah berjanji untuk melakukan yang terbaik agar ini terlihat seperti kencan sungguhan. Hanya saja....selain itu, bukankah Shinonome mengatakan begitu?"

Aku melirik Shinonome yang tersenyum bahagia beberapa meter di belakang.

"Membeli pakaian dalam dengan pacar merupakan kegiatan kencan ditingkat tinggi. Jadi, membicarakannya akan cukup untuk membuat teman-temanmu percaya kalau Aizawa memiliki pengalaman dengan laki-laki"

"Ya, pastinya begitu, mungkin apa yang Shinonome-san katakan benar....Umm....a-aku akan dengan cepat memilih, bisakah kau memberikan pendapatmu? Perasaan ketika membeli pakaian dalam dengan pacar, aku pikir bisa memahaminya"

Aku mengangguk, lalu dia segera menunjukkan bagian atas dan bawah dari pakaian dalam hitam yang elegan.

"I-Ini....menurutmu, apa ini cocok untukku?"

Menempatkan pakaian terhadap tubuhnya yang berkembang dengan baik, Aizawa memalingkan wajahnya malu.

"U-Umm....Mungkin tidak, kurasa...."

Aku sempat membayangkan dada besar dan bokong Aizawa yang terbungkus pakaian dalam itu dan tersipu.

"Ikuno-kun, apa ada sesuatu yang salah? Aku tidak tahu apapun yang bisa digunakan sebagai referensi untuk ini...."

Wajah Aizawa juga semerah wajahku.

"A-Anu....walaupun Aizawa terlihat bagus dengan yang dikhususkan untuk orang dewasa seperti itu, aku pikir pakaian dalam putih bersih lebih pas"

Pakaian dalam putih yang sempat ku lihat di ruang klub, itu benar-benar cocok untuknya.

"Be-Begitukah? Lalu, bagaimana dengan ini?"

Dia tampak agak gembira, lalu mengambil pakaian dalam putih bersih dihiasi dengan pita merah.

Seperti yang diharapkan, pakaian dalam putih ini....Tidak, TidakTidakTidak! Wajahku pastinya benar-benar merah sekarang! Bukankah aku terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang tak senonoh?"

"....Yah, itu terlihat bagus, mungkin"

Entah bagaimana aku berhasil menjawab, tapi Aizawa mendadak menjadi terdiam.

"Eh, ada apa?"

"....Eh?! Tidak, tidak ada apa-apa, hahahaha. Kalau begitu, aku kira akan membeli yang ini"

Gadis ini menuju kasir dengan pakaian dalam putih. Diapun segera berlari kembali ke arahku.

"Kemudian, aku ingin mencoba ini dulu....Umm, karena untuk saat ini kau merupakan pacarku, bisakah kau tidak menjauh dariku? Dengan kata lain, jika seseorang tanpa sengaja memasuki ruang ganti, itu akan memalukan"

Salah satu dari dua idola utama di sekolah kami, Aizawa akan mengganti celana dalamnya disampingku....Hanya berpikir tentang hal itu membuat jantungku berdebar.

Selain itu, ruang ganti di toko ini merupakan kamar ganti bertirai....

Namun, suka atau tidak, aku harus bekerja keras sebagai pacar palsu Aizawa.

Akan merepotkan jika tidak.

"B-Baiklah, aku akan pergi"

Dia lalu berangkat ke ruang ganti dan melepas sepatunya.

Setelah masuk, dia menatapku dengan wajah merona.

"Ikuno-kun, tolong awasi dengan benar dan pastikan tidak ada yang masuk"

"Serahkan padaku. Aku akan bersungguh-sungguh mengawasi, jadi kau bisa berganti tanpa khawatir"

"Begitu ya....terimakasih"

Aizawa mempercayaiku? Dia sedikit tersenyum ketika menutup tirai.

Setelah beberapa detik, aku mendengar sesuatu yang mirip dengan suara pita dilepas, suara gemerisik pakaianpun terdengar.

Dan, setelah bunyi resleting, sepotong kain dengan cepat jatuh ke lantai.

'Sepotong kain'....yang berarti sekarang, Aizawa berada di kondisi hampir telanjang....

Dua tonjolan besar itu mendorong kain saat seragamnya tidak terkancing.

Rok yang melambangkan pantat bulat, tampaknya baik untuk melahirkan.

Namun, kedua kaki dan pinggang langsing. Juga, kulit seputih model---.

"Ikuno-kun, kemarilah sebentar"

Karena dipanggil tiba-tiba, tanpa sadar aku tersentak.

Masih gemetar, aku berjalan menuju Shinonome.

"Me-Mendadak memanggilku seperti itu, kau mengejutkanku!"

"Benarkah? Kesampingkan itu dulu, aku pikir harus memberitahumu sesuatu"

"Memberitahu sesuatu? Apa itu?"

Shinonome tertawa berani, sementara rambut hitamnya berkibar indah, dia berkata.

"Evaluasi gadis itu padamu harusnya sangat rendah sekarang. Masalahnya adalah, karena keinginan memahami suasana hati kencan dengan pacar---hampir semua yang telah kau lakukan hingga saat ini adalah yang terburuk. Jika kau melakukan sesuatu yang lebih dari ini, kau benar-benar akan dibenci"

"Sampai dibenci....Tidak, aku juga berpikir masalah di restoran keluarga memang yang terburuk. Tapi aku tidak melakukan sesuatu yang lebih buruk selain itu, kan? Bahkan sekarang, aku menahan rasa maluku berada di toko ini"

"Apa kau serius dengan itu?"

"Eh, a-aku...."

Shinonome menatapku dengan matanya yang dingin.

"Kau benar-benar seorang pria yang tak berguna. Tentu saja, di awal, pilihanmu untuk mengajaknya menikmati makanan ringan sangatlah baik. Tapi, semua tindakan yang kau ambil setelah itu pantas disebut kebodohan yang diiringi sifat keras kepala"

Shinonome, dia berniat membuatku kehilangan kepercayaan diri.

Karena perbuatanku itu, kencan yang berjalan baik saat ini akan berakhir gagal. Tanpa ragu, evaluasi Aizawa untukku akan turun.

Biasanya aku akan membantah omelan jalang ini, tapi....

"Pertama, ada seorang gadis yang berjalan denganmu dan kau bahkan tidak peduli tentang mengatur kecepatan langkah kakimu"

"....Eh?"

Ditunjuk secara khusus, tubuhku mengeras.

"Jangan 'Eh?' padaku. Seorang lelaki yang tingginya rata-rata, langkahnya menjadi lebih besar dari langkah seorang gadis adalah sesuatu yang tak terelakkan. Namun, kau hanya terus berjalan dengan kecepatan yang biasa menurutmu. Aizawa-san benar-benar berjuang untuk mengikuti. Tapi, kau pastinya cemas karena ini kencan pertamamu sehingga dia tidak mengatakan apapun, dan hanya mencoba yang terbaik untuk mengikuti alur"

Aku ingat, ketika Aizawa berjalan di sampingku, entah bagaimana dia terlihat kerepotan.

Si-Sialan! Meski mengetahui itu, kenapa aku....

"Kedua. Memisahkan pembayaran. Kencan pertama secara umum, lelaki lah yang lebih baik untuk membayar semuanya. Atau setidaknya 70% dari biaya keseluruhan. Tapi, kau memilih patungan. Saat ini, bagimu siapa Aizawa-san?"

"....Pa-Pacarku"

Terkutuk! Aku juga mengetahui itu....

Ketika itu, kepalaku di penuhi dengan 'membeli pakaian dalam Aizawa', aku jadi tidak mengingat hal ini.

Hmm? Oh, tunggu.

Aizawa bukan pacar sungguhanku, akan sejauh itu adalah....

Shinonome lalu berkata seolah-olah melihat pikiranku.

"Bahkan jika dia bukan pacarmu yang sebenarnya, kau sudah mengotori pakaian seorang gadis. Sebagai permintaan maaf, sesuatu seperti itu bagus, kan?"

"Uu, ya...."

"Ketika kau berkata pada Aizawa-san tentang pemisahan biaya, penampilannya terlalu menyedihkan. Selain itu, apa yang kau pesan harganya lebih dari ¥300*"
[Sekitar Rp 35.000. Tapi ada kata 'lebih' disini, jadi mungkin sekitar 40ribu]

"A-Apa itu benar?"

Mengetahui kebenarannya, aku malu dari tindakan menyedihkanku sendiri.

"Selanjutnya, tidak memuji apa yang seorang gadis pilih"

"Itu tentang pakaian dalam, kan? Tapi...."

"'Memuji pakaian dalam seseorang itu memalukan', aku juga sependapat. Tapi, Aizawa-san seharusnya lebih malu daripada dirimu. Seorang gadis seusianya menunjukkan pakaian dalam kepada lawan jenis yang bukan pacarnya, itu aib sejauh dia tak bisa menjadi pengantin lagi. Namun, karena kau telah mencoba yang terbaik untuknya, dia dengan putus asa bertahan dan mendengarkanmu. Meski begitu...."

"....Aku tidak memujinya ya"

"Ya persis"

Shinonome tampaknya marah sebagai seorang gadis, dia berkata dengan datar.

Tapi, tentang yang dikatakan Shinonome dalam hal ini....

Apa yang telah ku perbuat?

Meski bertindak sebagai pacar palsu agar dia memahami suasana kencan. Sebaliknya, aku hanya membuatnya terus khawatir!

Sayangnya, sudah terlambat untuk menyesal sekarang. Aku merasa ingin lari dari sini sekarang.

"Sial! Jika ini adalah gal-game, hal-hal mengerikan seperti itu tidak akan terjadi...."

"2D dan dunia ini berbeda. Jangan meremehkan kenyataan"

"Gehggk...."

2D dan 3D memang berbeda.

Walaupun aku harusnya yang paling mengerti itu, karena memiliki pengetahuan dari game, aku menjadi sombong dan bahkan tidak mencoba untuk memahami Aizawa.

Diriku benar-benar yang terburuk.

"Ngomong-ngomong, kau memanggilku pelacur, kata yang berarti jalang, gadis nakal, abazure*, perempuan yang tak menyenangkan. Umumnya itu adalah istilah menghina yang digunakan untuk mengolok-olok wanita yang menjijikkan. Lalu, istilah apa yang digunakan untuk menghina seorang pria yang terlampau menjijikkan? Terus terang, aku bisa mengatakannya padamu sekarang juga"
[Ini merupakan ungkapan di jepang yang mengakar dari kata Abaremono, yang sekarang berkembang menjadi Abazure (あばずれ) yang bisa berarti juga Jalang atau pelacur]

Gadis itu memejamkan mata dan tersenyum.

"Pria berengsek"

Shinonome tahu aku tidak menyukai pelacur.

Itu sebabnya dia berkata seperti itu.

"Saat ini kau adalah eksistensi di tingkat yang sama seperti pelacur yang paling kau tidak sukai. Kekejaman berlebihanmu membuatku kehilangan minat. Kau, benar-benar egois, Ikuno-kun"

"....Aku...."

Dari Shinonome yang selalu mengangguku---sekaligus yang aku sering pandang rendah---, aku tak pernah mengira akan mendengar hal seperti itu.

Tapi....dia benar.

Aku yang sekarang adalah yang terendah, sama dengan pelacur yang paling aku tidak sukai.

Ini salahku kalau gadis tersebut sampai membenciku.

Aku bisa merasakan rasa sakit di hatiku. Pernapasanku juga menjadi sesak.

Sementara berada dalam keadaan seperti ini, seorang pekerja wanita menatapku cemas ketika dia melewatiku.

Menuju ke ruang ganti, dia mencoba membuka tirai di mana Aizawa berada.

"!!....Ah, tunggu....!"

Aku melihatnya dan mulai berlari kencang ke ruang ganti yang hanya beberapa meter di depan.

Aizawa sedang berganti di dalamnya.

Ketika aku sudah berjanji untuk mengawasi, dia mempercayaiku dan tersenyum.

Karena kepercayaan itulah, aku sungguh tak ingin dia memiliki pikiran yang buruk lagi tentangku!!

"Tolong tunggu!! Di dalam ada---....?!"

Namun, si pekerja wanita itu berjalan menuju ruang ganti yang lain saat ia melihat sepatu Aizawa di depan ruang ganti.

Karena aku melesat tanpa berpikir panjang, aku tak mampu berhenti dan terjun melewati tirai.

"Kyaaa!"

"Cih....ugh"

Mataku terbuka perlahan dan menyadari bahwa ruang ganti perempuan benar-benar luas.

Di pusatnya, aku terjatuh pada Aizawa. Dia menatapku dengan matanya yang besar.

"Umm, maaf Aizawa....Nah, tentang hal ini, itu...."

Aizawa, yang memiliki wangi harum telah selesai mengganti pakaiannya.

Jadi untuk sesaat aku merasa lega. Tapi kemudian aku tersadar kalau tanganku telah mendarat pada suatu tonjolan lembut.

"I-Ikuno-kun....Kau, a-a-apa yang kau....!"

Dia lalu memerah sampai telinga, tubuhnya mulai gemetar. Peristiwa ini sudah umum di 2D.

....Dan itu selalu berakhir dengan kekerasan.

Namun, sekali lagi Aizawa tidak melakukan apapun kepadaku. Dengan mata diambang menangis, dia mendorongku pergi dan terburu-buru mengambil tasnya.

"...."

"A-Aizawa!!"

Setelah memakai sepatu, dia berlari keluar dari toko dengan kecepatan penuh.

Melihat keadaan gadis itu, Shinonome tak bisa menyembunyikan ketidaksabarnya.

"Kau, apa yang kau lakukan, Ikuno-kun! Kejar dia!!"

"Y-Ya! Aku tahu!!"

Dia dengan cepat melewati toko-toko dan sudah keluar dari area mal.

Akupun akhirnya mencapai pintu keluar yang menghadap jalan utama.

Beruntungnya, aku segera menemukan Aizawa.

"Oi, itu sakit. Apa kau bahkan melihat ketika berjalan?"

"A-Anu....itu...."

Dikelilingi oleh beberapa preman, Aizawa berdiri membatu.

Ketika orang-orang yang lewat disekitar melihat anting-anting dan rambut pirang kelompok itu, mereka hanya menutup mata.

"Ha-Hahaha....M-Maaf, aku sedang terburu-buru. Permisi"

"Hei, kau bertemu dengan kami dan hanya tertawa bodoh seperti itu?"

"Ti-Tidak....hehehe. Aku tidak punya niat seperti itu"

Ini buruk.

Aizawa yang tak terbiasa dengan para lelaki, selalu mengenakan senyum palsu ketika berbicara dengan lelaki lain selain diriku.

Biasanya hal itu dapat dilihat sebagai pesona gadis cantik, sayangnya dalam situasi ini malah menjadi bumerang.

"Tapi onee-chan, kau memiliki tubuh yang bagus. Jika bersedia untuk meminta maaf, kau harus ikut dengan kami"

"Eh? Itu...."

Perlahan, orang-orang itu mendekat. Senyum Aizawa secara bertahap runtuh dan tubuhnya yang ramping mulai gemetar.

I-Ini berbahaya! Aku harus menghentikan mereka!.

Aku hendak secepatnya mendekat. Namun melihat para preman itu, seluruh tubuhku didominasi oleh rasa takut.

Semua dari mereka berotot, memiliki alis tipis dan terlihat menakutkan....Benar, Inilah yang akan terjadi jika aku pergi ke sana.

Aku akan dikelilingi dan dipukuli, berakhir bahkan tanpa mampu melindungi Aizawa.

....L-Lagipula, aku hanya otaku.

Di SD kelas tiga ketika aku masih populer, refleksku cukup baik sehingga aku memiliki ambisi. Namun, saat ini berbeda, aku hanya seorang otaku lemah, apalagi seorang yang tak berdaya dan takut kepada para pelacur.

....Tapi kemudian, aku mengingat apa yang dikatakan Shinonome.

"(Saat ini kau adalah eksistensi di tingkat yang sama seperti pelacur yang paling kau tidak sukai. Kekejaman berlebihanmu membuatku kehilangan minat. Kau, benar-benar egois, Ikuno-kun)"

Alasan tersebut sungguh buruk.

Namun, aku masih takut.

Aku tidak ingin menjadi sama dengan para pelacur yang menjengkelkan itu.

Tapi....

"T-Tidak....jangan datang ke sini"

Seorang pria hendak mengambil lengan Aizawa yang melangkah kebelakang, jeritan ketakutannya tak dapat didengar.

Tapi itu tidak mungkin, aku juga takut.

Maaf, Aizawa....

Takut babak belur, akupun berbalik.

"Ayolah, ikut saja dengan kami....Hah, siapa kau?"

"...."

....Haahh....aku benar-benar bodoh.

Kenapa aku menyebarkan kedua lengan di depan preman-preman seperti ini.

Melakukan hal ini, aku hanya akan dipukuli, meskipun aku sendiri benar-benar memahami ketidakbergunaanku....!!

Di atas semua itu, aku mempertaruhkan diri, mencoba untuk membantu seorang gadis cantik, eksistensi yang telah mengubah alur hidupku.

....Hanya saja, Aizawa berbeda dari semua gadis-gadis cantik yang pernah kutemui.

Se-Selain itu, bahkan jika dia benar-benar pelacur....itu takkan mengubah fakta bahwa dia seorang malaikat yang bergabung dengan klub sastra untuk menyelamatkannya!.

"Hei, katakanlah sesuatu. Atau kau mau dipukuli?"

"A-Aku...."

Suaraku menjadi serak dan hampir tak bisa berdiri karena kakiku mulai gemetar.

Harusnya ada batas untuk menjadi 'tidak keren'.

"Hah? Apa kau pikir orang sepertimu bisa menang melawan kami?!"

"L-L-L-Lalu, apa?"

Jika berbicara lebih jauh, mereka pasti akan memukuliku.

Untuk saat ini, melarikan diri sendiri tidaklah mungkin! Walau mengetahui itu, mulutku bergerak tanpa sadar.

"Aku akan melindungimu!! Jika aku tidak mampu melindungi seseorang yang penting bagiku!!....Aku, Aku takkan mampu menyebut diriku sebagai pacarmuuuu!!!!"

"?!....Ikuno-kun"

Hahaha.

Ini sudah berakhir.

Aku pasti akan dihajar dan Aizawa akan diambil.

Hasilnya dari awal sudah jelas.

Untuk dipukuli di depan seorang gadis merupakan momen yang memalukan. Aku takkan memperoleh apapun hal baik dari ini.

Kenapa malah aku terlibat.

Aku harus mempertimbangkan kekuatanku sendiri.

Bodohnya diriku.

"Dia menyebalkan! Hei, ayo bereskan!!"

Para preman yang marah mulai mendekat.

....Bagaimanapun aku memang bodoh.

Walaupun bisa bergerak, aku tak mencoba melarikan diri.

Seluruh tubuhku gemetar, kecuali tatapanku yang tetap tajam.

Menguatkan diri, aku mulai memejamkan mata.

....

....Lalu mendadak.

"Itetete!"

Suara satu dari mereka yang mengerang kesakitan mencapai telingaku.

"Seorang gadis telah meminta maaf dan kalian tak bisa membiarkannya pergi? Mengagumkan. Meskipun tubuh kalian besar, aku keheranan tentang seberapa kecilnya toleransi kalian"

Dengan rambut hitam berkibar, Shinonome yang terlihat keren berdiri di depanku dan memutar tangan pria yang sepertinya pemimpin mereka.

"Kau, jangan sombong!!"

Akhirnya membebaskan diri dari Shinonome, pria itu mengangkat tinjunya.

"Apa kau yakin? Aku pikir ada kotak polisi* di belakang kalian. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika aku berteriak?"
[Box Police, itu kayak kios telepon. Bisa juga dikatakan 'Miniatur Kantor Polisi' karena para aparat sering datang kesana untuk melaporkan hasil patroli ke markas pusatnya, atau Box Police bahkan digunakan untuk menahan kriminal sewaktu ditangkap di jalan]

"....Sialan! Hei, tinggalkan mereka!"

Para preman itu berbalik untuk mengkonfirmasi, merekapun segera pergi sambil melototi kami.

....Bahkan kemudian, kakiku belum berhenti gemetar.

Dibantu oleh seorang gadis, bagaimana lemahnya....

"Shinonome....kau menyelamatkan kami. Terima kasih"

"Fufu, jangan pikiran itu. Setelah semua, Ikuno-kun tidak terbiasa dengan hal-hal seperti ini"

"Shinonome-san, sungguh, sungguh terima kasih!"

"Ah, h-hei! Kenapa tiba-tiba, Aizawa-san, ada apa ini?"

Kata Aizawa dengan suara ceria, dia memeluk Shinonome sambil tersenyum seolah-olah semua yang terjadi beberapa waktu lalu adalah kebohongan.

"Shinonome-san tadi benar-benar keren, seperti pahlawan! Terima kasih!"

"P-Pahlawan?....Itu Berlebihan. Juga, kita terlalu menarik perhatian, kau bisa tenang sedikit?"

Sangat jarang melihat Shinonome gelisah, dia khawatir tentang lingkungan saat dipeluk.

"Hahaha, aku minta maaf! Tapi benar-benar, terima kasih"

Lalu, secara alami, Aizawa terus mengucapkan itu.

"Sebenarnya, tentang Shinonome-san, pada awalnya aku berpikir kau orang yang dingin dan sulit diajak bicara. Tapi meskipun hari ini hari pertamaku berbicara denganmu, aku percaya kau adalah orang yang sangat baik!....Oleh karena itu, bolehkah kita menjadi teman?"

"Teman?....Kita berada di kelas yang sama, itu berarti kita sudah berteman, kan?"

"Bu-Bukan, bukan itu yang aku maksud. Oh, begini saja! Boleh aku memanggilmu Ibuki dari sekarang?"

Ketika Aizawa tersenyum ramah dan bertanya, aku merasa bahwa pipi Shinonome menjadi sedikit memerah.

"J-Jika kau tidak memanggilku dengan nama panggilan yang aneh, aku kira itu boleh-boleh saja...."

"Aku mengerti, aku akan memanggilmu begitu dari sekarang, Ibuki"

"....Kesamping itu, kencan ini belum berakhir. Kalian berdua harus kembali ke taman, pada air mancur itu untuk mengakhirinya. Ini sudah agak terlambat, kita harus pergi sekarang"

"Ah....kau benar"

Shinonome dengan malu berkata begitu.

Aizawa yang mengingat keberadaanku, hanya melirikku canggung.

☆☆☆☆

"Kemudian, dengan ini, kencan berakhir"

Tiba di taman sebelum 08:00. Di depan air mancur, Shinonome mengumumkan itu sambil tersenyum.

"...."

"...."

Pada akhirnya, dalam perjalanan kembali kami tidak bertukar sepatah katapun.

Aku memperhatikan Aizawa dan menyesuaikan langkahku untuk berjalan berdampingan dengan dia. Tapi itu mungkin membuatnya merasa tidak nyaman, gadis ini berjalan melewatiku dengan cepat.

Dia, benar-benar marah....

Aizawa tidak menghadapiku dan mencoba untuk menjaga jarak.

Kesalahan terburuk terus menumpuk, tak hanya memasuki ruang ganti, namun juga hingga menyentuh dadanya.

Seorang gadis polos yang berpikir bahkan berpegangan tangan adalah NG, aku pastinya telah menjadi eksistensi terendah di matanya.

"Aizawa-san. Yah, mungkin ini sulit ditanyakan. Tapi, apa solusi untuk permintaanmu itu sudah cukup?"

Shinonome tersenyum lemah dan bertanya.

"U-Un....Terima kasih, kalian berdua"

Karena Aizawa menghindari wajahnya, aku tidak tahu ekspresi apa yang dia buat. Hanya saja, suara kecil barusan terkesan suram.

"Hal ini bagus untukku jika kau mengatakan begitu. Juga, kalau ada masalah, jangan ragu untuk mengandalkan kantor konsultasi. Jika ada waktu berikutnya, aku akan memecahkan masalahmu dengan cara yang berbeda...."

Melirikku sekilas, Shinonome lalu memandang lembut kearah Aizawa.

Permintaan 'Aku ingin tahu perasaan ketika berkencan dengan lelaki' tidak terselesaikan dengan baik, Shinonome tampaknya mengerti itu.

"Kemudian, karena aku memiliki jam malam, agak kasar dariku, tapi aku harus pamit dulu. Kalian berdua juga siswa, tolong lebih pikirkan agar tidak pulang terlambat"

"Oh, tunggu Ibuki! Rumahku juga di arah sana, sehingga bisakah kita berjalan bersama?"

"Eh? Yah, aku tidak terlalu keberatan...."

"Hehehe, terima kasih! Kemudian, ayo kita pergi"

Mereka bedua menjadi dekat.

Dibandingkan dengan itu, aku....

Aizawa, dengan senyuman riangnya berbalik kembali ke stasiun dan berjalan menuju Shinonome.

Di antara pikiran tentang apa yang akan terjadi padaku selanjutnya, prediksi Shinonome muncul di kepala.

....Segala yang dikatakannya itu benar. Ketika kami kembali nanti, Aizawa pasti masih membenciku. Dia memang bergabung dengan klub, namun hanya sebatas nama. Juga....itu karena diriku.

Aku mengepalkan tinju.

Karena apa yang aku lakukan, hasil ini adalah wajar.

Aizawa tentu takkan berbicara denganku lagi.

Sama seperti semua anak SD, dia akan menghindariku.

Sambil berpikir begitu....bahuku lalu ditepuk pelan. Ketika berbalik, aku tak bisa melakukan apapun kecuali keheranan.

"....Eh....apa?"

Aizawa menusukkan jarinya di pipiku. Dia menunduk, membuatku tak bisa melihat wajahnya yang merona.

Kemudian, sambil gelisah....

"Ke-Kegiatan klub....Aku akan mulai besok"

Hanya menyampaikan itu, Aizawa kembali ke tempat Shinonome sedang menunggu.

Dia berlari dengan langkahnya yang terbungkus kaus kaki longgar, jaket terikat di pinggang dan rok pendek melambai-lambai, saidoteru emasnya yang indah memantul dengan bunyi 'pon~pon~'.

Ini adalah kisah kencan pertamaku dengan Aizawa.

Ini adalah sesuatu yang tak terduga sampai akhir.



☆☆☆Chapter 3 berakhir disini☆☆☆


Catatan penerjemah : Wew....banyak efek suara di LN ini XD

Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]