108 Maidens chap 12 B. Indonesia

Chapter 12 SEEING MOUNTAINS AS MOUNTAINS, LAKES AS LAKES
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel



Berdiri di samping, tenggorokan Lin Yingmei mengering dan kuku-kuku jari pada tinjunya berubah putih pucat. Dia khawatir bahwa sesuatu yang malang akan terjadi kepada Masternya.

Kurang dari satu menit kemudian, setelah Shu Jing melepas Energi Bintang tajam bagai pisau lalu rasa sakit mereda secara bertahap. Dahinya basah dengan keringat.

"Teknik pelarian diri ini benar-benar aneh"

Pikir Shu Jing diam-diam. Ini hanya tahap awal. Menurut ajaran Master Spiritual Toad Emas, Teknik Pelarian diri Ekor Pengacau dibagi menjadi tujuh dalam masing-masing tujuh gerbang, atau dengan kata lain memiliki total 49 gerbang. Artinya, Energi Bintang harus membombardir luka sebanyak 49 kali, yang pada setiap kali rasa sakit akan meningkat tiga puluh persen.

Hanya ketika seluruh tubuh tertutupi luka dan ia berada di titik hampir mati, Teknik ini akan mencapai keberhasilan.

Lagipula, teknik pelarian diri hanya bisa dilatih tiga kali sehari. Menurut penulisnya, ini adalah batas untuk kultivator, memaksakan pelatihan lebih lanjut akan mengakibatkan kematian.

Shu Jing akhirnya mengerti kenapa buku manual ini ditutupi debu ketika ditemukan. Tak seorang pun akan peduli tentang teknik yang mengharuskan dirimu untuk sangat menderita dari awal.

"Master, mungkin kau harus menyerah"

Kata Yingmei terlihat kesulitan. Song Lu juga tampaknya takut.

"Kau mungkin tidak harus mencoba mempelajari ini, aku tidak pernah mendengar ada orang yang telah berhasil menerapkannya"

"Aku tidak percaya kalau aku tidak dapat mempelajari teknik ini sekarang"

Shu Jing mendengus. Dia masih akan mempelajarinya, bukan karena teknik ini adalah gerakan yang luar biasa, tetapi karena sudah meransang sikap keras kepalanya. Shu Jing selalu berpikir bahwa ketika sudah bertekad, ia akan bekerja keras untuk mencapai sesuatu.

Sebagai seorang tentara elit, ini adalah aib besar. Shu Jing akan berhenti hanya ketika dia tidak bisa mencoba lagi.

Ayo kita lihat apakah teknik ini benar-benar menakjubkan. Ia kemudian melanjutkan.

Kedua kali ketika menebas diri dengan Energi Bintang, ia masih mampu menahan rasa sakit.

Yang ketiga, ia juga mampu untuk bertahan.

Shu Jing masih bisa berpikir jernih. Dia memutuskan akan menantang manual dan mencoba keempat kalinya. Kali ini, bagaimanapun, rasa sakit yang melanda seakan ia telah meninggal dan dilahirkan kembali. Tubuhnya terasa seolah-olah tenggelam dalam lautan api. Namun dia masih menggertakkan gigi dan bertahan.

Hal ini mengejutkan baik Lin Yingmei dan Song Lu.

Setelah melewati yang keempat, gerbang pertama dari empat puluh sembilan gerbang telah jebol. Shu Jing benar-benar sampai di batas kemampuan.

Hari-hari berlanjut, tentara ini rajin berlatih Teknik Pelarian Diri Ekor Pengacau sementara mempertahankan luka-lukanya. Setelah menderita melalui waktu yang mengancam nyawa, dia tetap tidak menyia-nyiakan sisa waktu dan hanya memeriksa ratusan buku yang Song Lu telah bawa. Membaca seolah-olah ia adalah orang gila yang kelaparan akan buku-buku.

Bahkan setelah melalui rasa sakit yang tak terbayangkan setiap hari, Shu Jing masih sangat bertekad dalam menghabiskan begitu banyak waktu untuk belajar. Bahkan Yingmei terkejut. Tapi pelatihan melelahkan itu justru lebih meningkatkan kemauan Shu Jing dan membuat proses belajar Teknik ini menjadi semakin mudah.

Pada hari ketujuh, dirinya gembira karena telah menembus gerbang kesepuluh. Kemajuan teknik itu sekarang telah berada pada tahap kesuksesan kecil.

Sehari kemudian. Setelah kepala Shu Jing mengalami mati rasa yang tak terbayangkan karena kesakitan dari empat putaran pelatihan, dia berbaring di tempat tidur gantung dan membaca sebuah novel roman sejarah berjudul 'Para Pahlawan Liangshan'.

Ini adalah kisah campuran antara fakta dan fiksi pahlawan terkenal di negeri dalam ribuan tahun terakhir. Dan sementara menjadi informasi yang paling dapat diandalkan, itu masih lah wacana bagus bagi mereka yang ingin belajar sejarah dasar tentang benua Liangshan.

Setelah menghafal dari sampul depan sampai ke penutupnya, Shu Jing dengan santai mengambil buku lain.

Nama buku itu 'Rahasia Desa Song', yang tampaknya hanya teks pengantar umum untuk desa ini. Bagaimanapun, disaat mata Shu Jing termenung pada rangkaian tulisan disana, sesuatu tiba-tiba menangkap minatnya.

"Mereka bahkan memiliki satu disini?!"

Masternya dengan sontak berteriak, membuat Yingmei berhenti di tengah-tengah pelatihan tombak dan berpaling.

"Master, ada apa?"

Saat itu, Song Lu juga keluar lalu mendekat. Shu Jing bertanya pada gadis itu.

"Song Lu, apakah yang tertulis dalam buku ini benar?"

Song Lu datang dan melihat teks yang pria ini tunjuk. Apa yang ada disana adalah bagian tentang sejarah desa.

Rupanya, selama tahun ketiga Duel bintang, seorang biksu yang sudah tercerahkan pergi ke Desa Klan Song dan menyewa orang-orang untuk membangun sebuah 'Tempat Peninggalan Telaga Gunung'. Siapa pun yang dapat menyelesaikan tempat peninggalan itu akan mendapatkan Teknik Jiwa paling berharga.

"....Aku telah mendengar tentang ini sebelumnya. Posisi kita berada dekat dengan lembah Telaga Gunung. Aku percaya alasan lembah dinamai begitu karena cerita ini"

Kata Song Lu setelah berpikir sebentar.

"Bawa aku kesana!"

Shu Jing sangat bersemangat untuk mencoba situs bersejarah ini. Belum lama ia telah memecahkan teka-teki Tempat Peninggalan Pisau Relik, dan belum merasa puas.

"Tapi tuan muda, kaki anda...."

Si tentara tersenyum. Dia menunjuk pada jarak tertentu di sekitar lingkungan. Mendadak sosoknya berguncang, dan dalam sekejap mata ia sudah berada di titik puluhan meter dari mereka.

Kedua gadis hanya bisa terkejut. Song Lu tampak seakan ketakutan, sementara Lin Yingmei bahagia.

"Master! Kau telah berhasil belajar Teknik Pelarian Diri Ekor Pengacau?!"

"Ya, cuma keberhasilan kecil. Aku tidak memiliki masalah dengan berpindah sepanjang seribu meter"

Shu Jing tertawa terbahak-bahak.

"....Tuan muda, kau begitu mengesankan!"

Song Lu tertegun.

"Tapi nama langkah ini terdengar buruk....Begini saja. Ketika aku sudah mencapai tahap keberhasilan besar, aku harus mengubah namanya"

Shu Jing mengatakan.

"Song Lu, ayo kita berangkat ke lembah Telaga Gunung untuk melihat-lihat"

Gadis itu menatap langit dengan matahari terbenam dan berkata.

"Kenapa kita tidak pergi besok saja? Hari sudah semakin larut, dan tempat itu juga tidak terlalu aman. Lainnya lagi, tuan muda sudah melalui pelatihan keras hari ini dan masih perlu istirahat"

Shu Jing pikir itu masuk akal. Jika mereka tersandung pada semacam jebakan, tidak berada dalam keadaan optimal benar-benar bisa merugikan mereka.

Hari berikutnya, setelah sarapan, Song Lu membawa Shu Jing dan Yingmei menuju lembah Telaga Gunung seperti yang dijanjikan. Pada perjalanan, pria ini mendengarkan cerita dan rumor dari Song Lu tentang tempat yang mereka tuju.

Ada waktu ketika tempat Peninggalan Telaga Gunung menjadi terkenal di seluruh Benua Liangshan, karena biksu dalam kisahnya adalah individu kuat. Dirinya memiliki teknik jiwa yang disebut 'Teknik Penghancur Seribu Dunia'. Pernah sekali tak terhitung kultivator bintang menyerbu tempat ini untuk mendapatkan tekniknya. Lembah bahkan telah menjadi saksi pertempuran besar yang dihasilkan dari keberadaan tempat peninggalan ini.

Tapi dalam beberapa ratus tahun, daya tariknya perlahan menyusut.

Setelah banyak waktu terlewat, beberapa artefak langka atau teknik akan berangsur-angsur kehilangan kualitas dan kilauannya. Ditambah, tempat peninggalan ini belum pernah diselesaikan oleh siapapun.

Pada akhirnya, seiring zaman, situs bersejarah bersama dengan kisah tentang biksu yang tercerahkan akan terlupakan.

"Jika belum ada yang menembusnya, bukankah itu berarti menjadi lebih menarik bagi orang lain?"

Shu Jing bingung dengan perilaku para kultivator benua Liangshan ini.

"Aku tidak tahu. Tapi yang aku dengar, keberadaan tempat itu hanya untuk menipu orang-orang"

Song Lu tertawa.

"Menipu?"

"Benar. Desa Song juga telah terbiasa dengan kedatangan para kultivator bintang tangguh yang telah menjelajahi bagian dalam tempat peninggalan itu. Setelahnya, ketika orang-orang menyebutkan kalau tempat peninggalan hanyalah semacam tipuan, para kultivator melemparkan sumpah serapah tanpa henti"

Song Lu melanjutkan.

"Orang lain juga menjadi penasaran dan pergi untuk memeriksa"

"....Hasilnya?"

"Mereka hanya setuju sepenuh hati"

Jawab gadis ini.

"Semakin aku mendengar tentang hal itu jadinya tampak semakin menarik"

Semakin sulit sesuatu, semakin kuat sifat keras kepala Shu Jing yang muncul.

"Sebelum menuju ke sana, mereka semua bertindak seperti tuan muda saat ini. Selanjutnya menjadi cerita yang berbeda"

Song Lu mengedipkan mata sambil berbicara.

"Oh ya, ada juga teka-teki yang melekat pada tempat itu. Memecahkannya mungkin akan menjadi kunci untuk menemukan rahasia situs bersejarah ini"

"Bagaiaman teka-tekinya?"

Song Lu membelai pipi dalam pemikiran yang mendalam, dan kemudian membuka mulut setelah beberapa saat

"Pahamilah pegunungan sebagai pegunungan, danau sebagai danau. Lihatlah pegunungan bukan sebagai pegunungan, danau bukan sebagai danau. Kenali bahwa pegunungan masihlah pegunungan, dan danau masihlah danau"

"Apa-apaan omong kosong itu?"

Lin Yingmei mengejek.

Sedangkan Shu Jing hanya menggeleng dan tersenyum.

"Yingmei, kau tidak harus mengatakan begitu. Ini adalah tiga alam kehidupan. Sepertinya ada sesuatu yang menarik di sini"*


[Karena ini paragraf terakhir, aku akan menjelaskan sedikit tentang tiga alam kehidupan yang Shu Jing katakan.

Itu sebenarnya adalah reverensi puisi dari seorang sarjana bernama Wang Guowei. Isinya (jika diterjemahkan) begini :

1. Yang pertama= "Pakaian dan ikat pingganggku semakin longgar, namun dari awal sampai akhir diriku takkan pernah menyesal. Baginya, aku merana dan menjadi wan yang pudar".
(Artinya, jika kalian sudah bertekad dengan cita2/impian, kalian juga harus bersungguh2 mengejarnya. Puisi diatas mengatakan kalau seseorang terlalu sayang pada kekasihnya, tubuhnya akan semakin kurus sampai apa yang dikenakannya menjadi longgar. Tapi jika kita sudah berfokus pada mengejar impian/cita2, hasilnya akan berbeda. Walaupun kita sangat bekerja keras hingga tidak makan dan tidur, namun imbalan yang didapat akan setimpal.)

2. Yang kedua= "Tadi malam, angin barat melayukan pepohonan hijau yang bagai giok. Sendirian, diriku memanjat menara tinggi untuk menyaksikan batas jalan yang mengarah ke ujung lain dunia"
(Pada proses mengejar impian/cita2 atau sekedar menjalani hidup, jarang sekali kita menemukan proses yang lancar. Pada kenyataannya, kita akan sering bertemu jalan yang berlika-liku, penuh lubang atau tanjakan. Tapi kita tidak diharuskan untuk menyerah. Melainkan, kita harus melihat sesuatu dari tempat yang lebih tinggi. Jangan berhenti sepenuhnya, pelajari apa yang menyandungmu dan majulah, kayak gitu)

3. Yang ketiga= "Aku mencarinya ratusan dan ribuan kali dalam kerumunan. Mendadak aku berbalik, dirinya berdiri pada tempat yang di hujani cahaya lampu"
(Ketika mencari jawaban dan tidak ketemu2. Tapi kalau sudah sampai putus asa, kita menemukannya pada tempat yang seharusnya kita bisa tebak. Seperti ini, ketika kehilangan bolpoin dan kita sedang mencarinya, lama-kelamaan kita malah menemukan bolpoin itu di kantong seragam sekolah yang kita sedang pakai. Singkat kata, semua permasalahan sebenarnya bisa dicari jawabannya.)

Itulah puisi dari Wang Guowei. Yang ingin disampaikan olehnya adalah= Hidup memang ada pahit manisnya. Mungkin bisa menyebabkanmu marah, sedih, dsb. Tapi kita tidak boleh hanya berdiam diri lalu menyerah karena suatu keadaan yang menimpa. Ketika kau sudah melewati segala kesulitan, tengoklah kebelakang dan tertawa atau menangislah semaumu.
(Tidak.....kalimat terakhir cuman aku yang nambahin)]


Ke Halaman utama 108 Maidens of Destiny
Ke Chapter selanjutnya



Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]